TAKHRIJ HADIS DI PERPUSTAKAAN ( MANUAL )

TAKHRIJ HADIS DI PERPUSTAKAAN ( MANUAL )

  1. Pengertian Takhrij Al-Hadits.

Kata “Takhrij” adalah bentuk masdar dari kata kerja “خرّج, يخرّج, تخريجا”. Dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah disebutkan bahwa : “menjadikan sesuatu keluar dari sesuatu tempat; atau menjelaskan suatu masalah. Sedangkan menurut pengertian terminologis, takhrij berarti; “Menunjukkan letak Hadits dalam sumber – sumber yang asli (sumber primer) di mana diterangkan rangkaian sanadnya kemudian menjelaskan hadits itu bila perlu. Menunjukkan letak Hadits suatu Hadits berarti menunjukkan sumber – sumber dalam Hadits itu diriwayatkan, misalnya pernyataan أخرجه البخاري في صحيحه (Al-Bukhori mengeluarkan Hadits dari kitab sahihnya).

  1. Lima metode takhrij hadis
    1. Takhrij berdasarkan huruf permulaan matan hadis
    2. Takhrij berdasarkan lafadh-lafadh hadis
    3. Takhrij berdasarkan periwayat pertama hadis
    4. Takhrij berdasarkan tema hadis
    5. Takhrij berdasarkan macam-macam hadis

Sedangkan penjelasan dari lima metode tersebut ialah bahwa takhrij berdasarkan huruf pertama hadis dapat dilakukan dengan mengetahui lafadh pertama hadis dan kemudian diurutkan hurufnya, lalu dicari di dalam kitab-kitab kamus yang memuat hadis berdasarkan  huruf pertama hadis.  Kitab-kitab tersebut disusun berdasarkan abjad.  Sedangkan beberapa kitab kamus yang dimaksud antara lain:

  1. Kitab al-Jami` al-Shaghir, al-Suyuthi
  2. Kitab Fath al-Kabir, al-Suyuthi
  3. Kitab Jam` al-Jawami`/al-Jami`   al-Kabir, al-Suyuthi
  4. Kitab al-Jami` al-Azhar, al-Manawi
  5. Kitab Hidayat al-Bari, al-Thahthawi
  6. Beberapa kitab dengan metode ijmal.

Namun harus diingat bahwa memakai metode ini terkadang akan terkecoh dan tidak akan mendapatkan keseluruhan hadis yang dimaksud.  Semua itu disebabkan oleh karena teks hadis (permulan hurufnya) tidak selalu sama dalam semua riwayat.  Ini dikarenakan adanya riwayat bi al-Makna, sehingga tidak semua hadis yang dimaksud bisa didapatkan.

Sementara itu tekhrij berdasarkan pada sebagian lafadh hadis, dapat dilakukan dengan mengambil salah satu lafdh lafadh yang ada di dalam hadis dimaksud.  Lafadh- lafadh tersebut bisa yang berupa isim maupun fi’il.  Namun harus diperhatikan bahwa dalam menggunakan metode ini lafadh yang berupa fi’il tersebut harus kita kembalikan dahulu kepada akar katanya atau mashdarnya terlebih dahulu, karena kitab kamus yang menjadi rujukan tersebut akan selalu meggunakan pedoman pada akar kata dari sebuah kata kerja atau fi’il.  Dan kitab kamus yang digunakan dalam metode ini ialah “al-Mu`jam al-Mufahharats li alfadhi al-Hadits al-Nabawi”, karya A. J. Wensinck.

Untuk lebih jelasnya, mari perhatikan contoh pencarian hadis di bawah ini:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ليس فى النوم تفريط إنما التفريط فى اليقظة أن تؤخر صلاة حتى بدخل وقت أخرى

Berdasarkan penelusuran melalui kata tafri terdapat tiga model yang digunakan di dalamnya, sekaligus kitab rujukan yang memuat matan hadis yang dimaksud, antara lain:
ليس فى النوم تفريط- تفريط فى النوم – إنما التفريط فى اليقظة
د صلاة 1 1, ت: مواقت 6 1, ن: مواقت 3 5, جه: صلاة 0 1, حم: 5, 5 0 3
ليس فى النوم تفريط- إنما التفريط على من لم يصلى الصلاة حتى يجئ وقت الصلاة الأخرى
م: مساجد 1 1 3
لاتفريط فى النوم (إنما التفريط فى اليقظة)
د: صلاة 1 1, حم: 5, 8 9 2
Berdasarkan panduan al-Mu’jam tersebut penelusuran hadis dilakukan pada kitab-kitab hadis yang ditunjuk, dan kesemuanya dapat ditemukan meskipun penomoran tidak mesti sama dengan yang tertera dalam al-Mu’jam, kecuali untuk Musnad Ahmad yang sama persis dengan penomoran al-Mu’jam. Hal ini bisa terjadi karena kitab rujukan yang digunakan peneliti dengan kitab yang digunakan pengarang al-Mu’jam berbeda penerbit maupun tahun terbitan, sehingga menyebabkan pergeseran halaman atau bab yang tidak terlalu jauh.
Dari petunjuk di atas dapat dipahami bahwa matan hadis tersebut dapat dilacak dalam Sunan Abi Dawud bab “shalat”, Sunan al-Tirmizi bab “mawaqit”, Sunan ibn Majah bab “shalat”, Musnad Ahmad ibn Hanbal jilid 5 halaman 305 dan 298. Adapun redaksi lengkap dari matan hadis di atas dalam kitab-kitab aslinya adalah sebagai berikut:
1. Redaksi Abu Dawud melalui jalur sanad al-Abbas:
ليس فى النوم تفريط إنما التفريط فى اليقظة أن تؤخر صلاة حتى يدخل وقت أخرى
2. Redaksi Abu Dawud melalui jalur Musa ibn Isma’il:
إنه لا تفريط فى النوم إنما التفريط فى اليقظة فإذاسها أحدكم عن صلاة فليصلها حين يذكرها ومن الغد للوقت
3. Redaksi Muslim:
أما إنه ليس فى النوم تفريط إنما التفريط على من لم يصل الصلاة حتى يجئ وقت الصلاة الأخري فمن فعل ذلك فليصلها حين ينتبه لها فإذا كان الغد فليصلها عند وقتها
4. Redaksi al-Tirmizi:
إنه ليس فى النوم تفريط إنما التفريط فى اليقظة فإذا نسي أحدكم صلاة أو نام عنها فليصلها إذا ذكر
5. Redaksi al-Nasa’i dari jalur Qutaybah:
إنه ليس فى النوم تفريط إنما التفريط فى اليقظة فإذا نسي أحدكم صلاة أو نام عنها فليصلها إذا ذكر
6. Redaksi al-Nasa’i dari jalur Suwaid:
إنه ليس فى النوم تفريط إنما التفريط فيمن لم يصل الصلاة حتى يجئ وقت الصلاة الأخري حين ينتبه لها
7. Redaksi Ibn Majah:
ليس فى النوم تفريط إنما التفريط فى اليقظة فإذا نسي أحدكم صلاة أو نام عنها فليصلها إذا ذكرها ولوقتها من الغد
8. Redaksi Ahmad ibn Hanbal dari jalur Hasyim:
ليس التفريط فى النوم إنما التفريط فى اليقظة
9. Redaksi Ahmad dari jalur Yazid:
لاتفريط فى النوم إنما التفريط فى اليقظة فإذا كان ذلك فصلوها ومن الغد وقتها

 

Leave a comment